Jumat, 28 Oktober 2011
Greek of Crisis?? What should we Do??
Krisis fiskal di Yunani
merupakan akumulasi dari defisit anggarannya yang terus-menerus terjadi
rata-rata sebesar 6% dari PDB, selama 30 tahun terakhir. Besarnya defisit
anggaran Yunani tersebut adalah dua kali lipat dari ketentuan Uni Eropa (UE),
maksimum sebesar 3%. Karena pasar obligasi di dalam negerinya yang masih
dangkal dan sempit, seraya memanfaatkan tingkat suku bunga yang lebih rendah di
luar negeri. Yunani menjual SUN-nya terutama pada investor di Prancis, Swiss,
dan Jerman.
Dewasa ini, rasio stok utang
Yunani terhadap PDB-nya sudah mencapai 111).. hampir dua kali lipat dari batas
maksimum UE sebesar 60%. Di pihak lain, Indonesia masih berpegang teguh pada
resep IMF tahun 1997-98 untuk mengendalikan stabilitas ekonominya dengan (i)
beralih pada sistem kurs yang lebih fleksibel, (ii) menggunakan target inflasi,
dan (iii) membatasi defisit anggaran tidak lebih dari 2% terhadap PDB. Dewasa
ini, rasio stok utang Indonesia terhadap PDB adalah sekitar yi",, dan
rasio beban utang terhadap ekspor (debt service ratio)-r\ya sekitar 20;,, yang
jauh lebih rendah daripada di Yunani.
Penyebab krisis
Krisis-fiskal di Yunani dipicu
oleh adanya keengganan pasar untuk menyerap obligasi atau SUN-nya agar memenuhi
kewajiban pembayaran utangnya sebesar 20 biliun euro yang akan jatuh waktu pada
bulan April-Mei depan. Kemungkinan kegagalan pembayaran utang Yunani tersebut
tidak saja akan berdampak pada negara itu saja, tapi juga pada negara-negara
lain, baik anggota UE maupun bukan, serta mengurangi kepercayaan dunia pada
keutuhan UE.
Pada saat ini, negara-negara
lain anggota UE sedang mempertimbangkan bagaimana caranya mengatasi masalah
tersebut, menjamin SUN Yunani agar laku dijual di pasar, langsung membelinya
ataukah membiarkan negara itu ikut program IMF. Di pihak lain, UE tidak punya mekanisme
untuk membantu negara yang mengalami kesulitan keuangan. Karena tidak lagi
punya mata uang nasional. Yunani tidak lagi dapat melakukan devaluasi untuk
menekan permintaan agregat di dalam negeri dan merangsang ekspor.
Penyebab krisis defisit anggaran
negara di Yunani adalah lemahnya disiplin anggaran serta buruknya administrasi
perpajakan negara itu. Kurangnya disiplin anggaran tecermin dari pemborosan,
korupsi, maupun manipulasi pembukuan. Ketentuan LE yang memagu defisit anggaran
negara maksimum sebesar 3 dari PDB dilanggarnya dengan memanipulasi pembukuan.
Dalam sistem pembukuan dan anggaran berbasis kas, yang digunakan di Yunani,
tidak dapat diantisipasi risiko fiskal karena anggaran tidak memuat informasi
mengenai pengeluaran contingency.
Rembetan ke negara-negara lain
Jika tidak segera diatasi,
krisis fiskal Yunani dapat menjalar ke negara-negara lainnya di Eropa, seperti
Spanyol, Portugal, dan Irlandia yang sekarang ini juga menghadapi tekanan
fiskal yang berat. Bahkan, krisis fiskal pun dapat mengancam Amerika Serikat,
Inggris, dan Jepang. Stok utang Jepang sudah mencapai 200% dari PDB-nya
sedangkan Amerika Serikat setara dengan PDB-nya.
Sebagaimana diketahui, berbagai
negara maju (termasuk Jepang, Amerika Serikat, dan Inggris) telah mengeluarkan
SUN dalam jumlah besar untuk menguatkan modal industri keuangannya yang dilanda
krisis pada 2007-2008 serta membelanjai stimulus fiskal tahun 2008-2010. Selain
melakukan ekspansi fiskal, negara-negara maju sekaligus melakukan ekspansi
moneter dengan membanjiri likuiditas dalam perekonomiannya serta menurunkan
tingkat suku bunga nominal hampir menjadi nol persen.
Tujuan utama dari kebijakan
fiskal dan moneter yang ekspansif itu adalah untuk mengatasi kelangkaan
likuiditas di pasar uang serta pasar devisa maupun untuk mengatasi resesi
ekonomi dan menciptakan lapangan kerja. Seperti halnya dengan Pearl Harbour, di
Hawaii, yang dianggap sebagai tempat aman sebelum dibom oleh tentara Jepang
pada tahun 1941, tadinya, mata uang dolar dianggap merupakan mata uang yang
aman.
Oleh karena itu, krisis keuangan
di Amerika Serikat tahun 2007-2008 tidak mengurangi pemasukan modal asing ke
negara itu untuk membeli obligasi pemerintahnya. Sekarang ini, keadaannya sudah
mulai berubah. Kepercayaan pasar pada SUN Amerika Serikat sudah mulai goyah
karena peningkatan utang pemerintah federalnya, diikuti dengan krisis fiskal di
berbagai negara bagian.
Erosi kepercayaan ini, antara
lain, tecermin dari penurunan pembelian SUN negara itu oleh China dan
negara-negara anggota OPEC pada 2009. Jepang lebih beruntung karena pembeli
terbesar dari SUN-nya adalah investor dalam negeri, termasuk Bank Tabungan Pos
(BTP)-nya yang memobilisasi tabungan penabung kecil.
Hanya itu pilihan bagi
pemerintah untuk dapat melunasi kewajiban pembayaran utangnya, yakni
meningkatkan penerimaan pajak dan mengurangi pengeluarannya. Kedua alternatif
itu sulit dilakukan dalam keadaan ekonomi yang baru keluar dari resesi dewasa
ini. Erosi kepercayaan terhadap SUN suatu negara menyebabkan investor hanya mau
membelinya pada tingkat suku bunga yang Iebih tinggi.
Kesimpulan dan Asumsi :
Walaupun kondisi ekonomi di
Indonesia lebih baik daripada Yunani, krisis fiskal yang dihadapi oleh negara
tersebut perlu kita amati dengan cermat. Untuk mengurangi imbas negatifnya,
perlu dikurangi ketergantungan pembelanjaan anggaran dan pembangunan nasional
pada pinjaman luar negeri. Ini memerlukan mobilisasi tabungan nasional,
mempercepat modernisasi sistem fiskal, dan semakin mengembangkan pasar
obligasi, terutama surat utang negara (SUN) di pasar domestik. Sementara itu
pemborosan dan kebocoran anggaran perlu semakin dicegah.
Namun untuk itu semua harus
dimulai dengan hal-hal yang kecil. Hal klasik yang sudah mulai jaranag ditemui,
yaitu kejujuran. Hal yang paling potensial terjadinya krisis ekonomi tersebut
adalah korupsi dan manipulasi pembukuan, dimana ke-akuntanbilitas dipertanyakan
dengan tegas. Jadi marilah kita bersikap lebih jujur dan menjadikan diri lebih
cinta tanah air..
Source By : http://bataviase.co.id/node/105666
1 Comment:
-
- Sofiati Hasna said...
7 November 2011 pukul 10.39Komentar Anda..?
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)