Senin, 11 Oktober 2010
Adakah anak Indonesia yang
tidak menyukai nasi?? Padahal nasi adalah makanan pokok sebagian besar orang
Indonesia, yang katanya ‘Gak aci’
jika tidak makan nasi. Tapi aku bertemu dengan orang yang tidak suka makan
nasi, bahkan memilih tidak makan sama sekali dari pada dengan nasi. Ada-ada
saja orang ini..
4
Oktober 2009
Ku terbangun saat suara ayam yang
pertama dalam keadaan yang memprihatinkan. Bagaimana tidak? Punggungku sakit
semua karena tidur beralaskan tanah yang hanya dilapisi plastic tenda. Hmm.. di
ujung tenda ada yang terbangun dan keluar tenda dengan semangat, seperti
tidurnya tidak terganggu dengan keadaan ini. Huft.. Dialah gadis chiiki itu.
Setelah semua bangun, kami semua
berolahraga dengan berkeliling desa tempat kegiatan diadakan. Sejauh mata
memandang hanya ada sawah dengan gunung-gunung yang menjadi latar belakangnya.
Rumah-rumah warga saling berjauhan dan hanya berkumpul pada beberapa titik. Ini
pemandangan biasa bagiku yang datang dari desa juga tapi lain halnya dengan
seseorang yang kita tahu siapa dia, gadis itu melihat sekeliling dengan
pandangan takjub. ‘Norak’ kata itu
yang terlontar dari hatiku.
Semua kembali keperkemahan jam 10
pagi dan disambut aroma masakan sederhana yang telah terjajar dimeja ditengah
lapangan. Gadis chiiki yang masih tidak kutahu namanya itu menghambur
kelapangan dengan antusias dan mengelilingi meja melihat masakan apa saja yang
ada disana, namun dia tidak seperti aku dan yang lainnya yang mengambil piring
untuk bersantap ria, dia malah kembali ketenda dan keluar lagi tentu saja
dengan chiiki-nya.
Saat aku bertanya mengapa dia tidak
ikut makan padahal kegiatan hari ini masih panjang sebelum pulang, dia hanya
menjawab dengan senyum tipisnya lalu berlari menghampiri anak-anak desa yang
bermain dipinggir lapangan. Saat yang lain sibuk dengan makanannya, dia sibuk
dengan anak-anak desa.
Kegiatan inti sudah dimulai, kami
berkelompok seperti yang telah dibagi di awal pertemuan. Sekarang banyak waktu
bagiku untuk bertanya padanya gadis chiiki itu. Mula-mula aku bertanya
bagaimana tidurnya semalam dengan keadaan yang ya.. begitulah. Bukannya
menjawab dia balik bertanya “Ada lagi?”, dan aku berikan semua pertanyaan yang
menggangguku sepagian ini (padahal
aku bukan orang yang Curious
lho..!!).
Aku bertanya pula, mengapa dia
begitu takjub dengan pemandangan desa ini yang kurasa biasa-biasa saja? Juga
mengapa dia tidak ikut makan saat kami semua sarapan dan malah bermain dengan
anak desa? Dan aku langsung merasa konyol setelah melontarkan semua pertanyaan
bodoh itu,,
Sungguh, sungguh bodoh aku yang mau
tahu tentang dia sampai seperti itu. Harusnya aku sadar bahwa itu sangat tidak
penting dan akan mengganggu dirinya. Aku sudah takut dia marah karena dia
terdiam beberapa menit sambil menatap mataku tanpa ekspresi apa-apa, tapi saat
dia mengalihkan pandangan dia mulai menjawab tanyaku masih tanpa ekspresi.
“Aku bangun dengan semangat karena
aku ingin menyelesaikan kegiatan ini lebih cepat walau waktu tidak dipercepat
seperti jam. Aku ingin cepat-cepat pulang kerumah. Sebenarnya aku tidak bisa
tidur, tadi malam sangat dingin dan aku tidak bawa kain untk selimut hehehe..”
Dia terdiam setelah itu, dan saat aku mulai berbica dia menjawab pertanyaan
keduaku. “Aku jarang berpergian untuk berekreasi, apalagi dengan keluargaku.
Banyak hal yang asing bagiku termasuk pemandangan desa ini, jadi aku ingin
merekam semua hal indah yang aku lihat.” Dia menjawab dengan mata menerawang
yang kurasa dia sedang melihat ulang apa yang tadi pagi dia rekam.
Jawaban atas pertanyaanku yang
terakhir sangatlah konyol, jawaban yang yang sangat tidak ku sangka-sangka.
“Aku gak doyan nasi, kecuali nasi
goreng, nasi dengan ayam goring dan bubur ayam. Sisanya aku tidak ada yang aku
suka.” Dia mengakhiri dengan senyum simpulnya, senyum yang rumit untuk ku artikan.
Entah karena malu, lucu atau takut. Lebih tak mengerti mengapa dia sepertinya
takut saat menjawabnya. Sebelum aku bertanya dia berkata “Tolong jangan anggap
aku seperti manusia aneh karena aku tidak suka makan nasi ya.. itu karena aku
memang jarang makan nasi dari kecil, jadinya ya seperti ini.” Jadi ini
alasannya mengapa ada ekspresi takut tadi.
Dia berjalan mendahuluiku beberapa
meter dan aku tetap dengan langkahku. Saat waktunya kami kembali keperkemahan
dia berkata tentang hal yang membuatku terkejut, “Jujurlah tentang apa yang ada
dihati dan pikiranmu. Saat kamu merasa mulai egois bayangkan kamu ada diposisi
yang terlemah. Ekspresikan apapun yang kamu rasakan selama itu tidak mengganggu
hak orang lain, maka kamu tidak akan merasa tertekan berada dilingkungan
manapun. Hmm.. Mari kita berkawan!!” tandasnya sambil mengulurkan tangan, tanpa
disadari akupun meraih tangannya.
Menjelang isya saat kami memulai
perjalanan kembali kekota domisili kami. Sepanjang perjalanan, gadis chiiki
sibuk dengan sisa komik yang belum dibacanya selama kegiatan dan aku
memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dengan tidur, hari ini sangat melelahkan.
Kami berhenti dikampus tempat kami berkumpul sebelum kegiatan. Semuanya mulai
berpamitan satu sama lain sebelum pulang ke habitat masing-masing, begitu juga
dengan aku dan gadis chiiki itu.
Disisi jalan bersama dengan
teman-teman baru kami menunggu angkutan menuju rumah masing-masing. Angkutan
dengan no D11 datang menghampiri dan gadis chiiki masuk kedalamnya, namun dari
jendela angkutan itu dia memanggilku “Asya, namaku Aya. Jangan panggil gadis
chiiki lagi ya..!!” dengan senyum lebar yang tulus terpancar dari wajah
lelahnya, namun ku balas dengan keheranan, bagaimana dia bisa tahu bahwa selama
ini aku menjulukinya gadis chiiki?? Padahal julukan itu hanya kuucapkan dihati.
Tengah malam ini, aku masih terjaga
dengan rangkaian ceritaku hari ini. Ya, kejujuran hati dan pikiran, toleransi,
dan ekspresikan rasa. Hmm.. rasanya aku mulai mengerti bagaimana gadis chiiki
itu uups.. Aya maksudku bisa melewati hari-harinya dengan ceria.. Terima kasih
Aya, ku harap kita bisa bertemu dan lebih berkawan lagi..
Created By : MyBlue158
0 Comments:
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)