Kamis, 24 Mei 2012
Katak Yang Sombong
Pada suatu musim hujan para katak
mengadakan ritual untuk memanggil hujan, hal itu selalu dilakukan setiap
pergantian musim kemarau ke musim penghujan sepanjang tahun. Semua katak selalu
bernyanyi bersama untuk memanggil hujan yang lebih besar, namun pada suatu
ketika salah seekor katak yang mempunyai suara paling bagus dan merdu meminta
agar katak yang lain cukup diam saja menyaksikan ia bernyanyi sendiri. Ia
merasa suaranya saja sudah cukup untuk memanggil hujan.
Hari pertama katak yang lain
menuruti keinginannya, begitu pula pada hari kedua dan ke tiga. Namu pada hari
keempat beberapa katak muda mulai tidak nyaman dengan kelakuan katak itu. Seperti
biasa saat hujan baru turun rintik-rintik ia memerintahkan yang lain untuk
diam, namu kali ini si katak muda memotong sebelum ia menyelesaikan kalimatnya.
Si katak muda mengatakan bahwa
didalam tempurung yang ada disisi sungai tempat mereka tinggal ada katak yang
suaranya paling merdu sejagat raya dan mengatakan bahwa suara si katak itu
tidak bisa menandinginya.
Ia merasa tertantang dan mulai
menarik nafas mengembungkan kantong suara yang ada dilehernya “Kwook” begitu
suaranya. Katak muda hanya menggelengkan kepalanya, kemudian katak itu mencoba
lagi dengan lebih besar mengembungkan kantong suaranya “Kwoooooo”. Kata muda
hanya mengatakan hampir menyamai. Dan kemudian ia mencoba lagi dengan gembung
kotak suara yang jauh lebih besar dan “Poooooohhh…” itulah suara yang keluar
dari katak yang mengaku bersuara merdu itu, kotak suaranya pecah karena
digembungkan terlalu besar dan sekarang ia tidak bisa bernyanyi lagi.
Si katak muda kemudian mendekatinya
dan berkata “sebenarnya didalam tempurung itu sama sekali tidak ada katak yang
tinggal disana. Kami hanya ingin kamu tidak egois dan kita bernyanyi bersama
seperti dulu. Namun katak itu tidak akan bisa bernyanyi lagi.
Nasehat
yang terkandung didalam cerita itu adalah kita tidak boleh sombong dan egois
karena cepat atau lambat kita kan menerima ganjarannya.
By
: MYG
Aku
ingin menjadi penulis, ah tidak aku ingin jadi aktris, hmm tidak bisa… Tapi
sepertinya aku akan menjadi akuntan narsis.
Ujian
tengah semester mendekat. Semua catatan berserak membuatku harus menyusun semua
sesuai mata kuliah. Saat mencari catatan yang hilang mataku tertahan pada satu
kardus bekas mie instan yang tersegel rapi bertuliskan “Poenya Meong”. Ah iya,
itu panggilan kecilku dan kardus itu berisi buku-buku aku dulu.
Tidak
merapikan yang sebelummnya aku malah membongkar kardus itu. Kardus yang berisi
komik-komik jepang, novel-novel remaja, buku-buku fiksi sampai motivasi. Ada juga
buku-buku tulis berisi cerpen-cerpen sewaktu SD yang selalu ragu untuk
dikirimkan ke majalah zaman itu.
Dari
buku-buku aku ingin menjadi penulis, betapa tingginya khayal saat menyusun cerita
dan sensasi menuangkan kata-kata didalamnya. Tapi semua berubah haluan saat aku
memonton film “Petualangan Sherina”, keinginan menjadi aktris jadi terbayang
karena ingin jalan-jalan Jakarta-
Bandung seperti Sherina saat itu, tapi apa
daya tubuh tak sampai. Hehehe…
Tapi
sekarang aku menjalani studi akuntansi setelah hatiku berubah haluan lagi
karena banyak tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menghitung uang yang dicetak satiap
harinya. Ini bukan seperti aku sekarang, tapi bagaimana aku bisa seperti ini
sekarang. Buku-buku itu mengajarkan aku banyak hal dari setiap kalimat yang
diceritakan. Mengajarkan untuk percaya diri, berfikir kreatif dan berani serta
mengubah banyak pola pikir agar lebih baik hingga sekarang aku menemukan
hasratku di akuntansi. Walau mungkin hanya sebatas dongeng tapi karakter bisa
terbentuk dari apa yang ada di lingkungannya. Hari ini aku tidak menyesal
pernah menjadi kutu buku.. Buku itu, bukan hanya untuk dibaca tapi menjadi
teman dalam menjalani hidup ini.
Keledai Yang Suka Mengeluh
Suatu
ketika, hiduplah seekor keledai yang suka mengeluh. Setiap hai, kerjanya hanya
mengeluh dan mengeluh.
“Aku benci bangun lebih pagi
dibandingkan ayam jago. Aku harap aku bisa tidur sampai sore. Lebih mengesalkan
lagi, aku harus pergi membawa buah-buahan dan sayuran ke pasar,” keluh keledai.
Petani
tahu keledai itu sering mengeluh. “Aku benci keledai yang suka mengeluh ini. Ia
tidak berhak mengeluh. Pekerjaannya ringan sekali dan ia mendapat banyak
makanan,” kata petani.
Suatu
hari, seorang pedagang kulit datang. Ia ingin membeli si keledai. Dengan senang
hati si petani menjualnya.
“Aku harap ia menikmati pekerjaan
barunya. Ia tidak senang hidup denganku.” Kata petani pada pedagang kulit.
Pedagang
kulit pun menyuruh keledai mengangkut kulit binatang yang berat. Selain berat,
kulit binatang itu juga sangat bau.
“Ya ampun, aku harap bisa kembali
bekerja pada petani. Buah dan sayuran baunya segar. Tidak seperti kulit.belum
lagi pedagang kulit itu galak dan sering memukulku. Aku benci bekerja pada
pedagang kulit,” keluh keledai.
Pedagang
kulit lalu menjual keledai kepada penambang batu bara. Kini, keledai
dipekerjakan sebagai pengangkut batu bara. Tambangnya gelap dan kotor. Keledai disuruh
bekerja sejak pagi sampai sore, tanpa istirahat.
“Ini lebih buruk lagi. Aku harap
bisa kembali bekerja pada petani atau bahkan pada pedagang kulit daripada bekerja
dilubang gelap seperti ini,” keluh keledai. Itulah nasib bagi keledai yang suka
mngeluh dan tidak pernah bersyukur.
Nasehat
yang terkandung dari cerita tersebut adalah jangan suka mengeluh. Syukuri nikmat
yang diberikan Allah SWT kepadamu. Lakukan tugasmu dengan sebaik-baiknya dan
jangan suka membebani orang lain secara berlebihan.
Source
: 365 Dongeng Dunia Sepanjang Masa, Sitta Mayari.
Gunung Tempat
Pembuangan Orang Tua
Dahulu kala, disuatu desa terdapat
peraturan yang mengharuskan orang yang sudah berusia lebih dari 60 tahun harus
dibuang ke dalam lembah di hutan. Di desa itu tinggallah seorang petani bernama
Taichi. Iya tinggal bersama ibunya yang umurnya hampir menginjak 60 tahun. Pada
suatu hari, genaplah umur ibu 60 tahun, berarti tibalah saatnta ibu Taichi
dibuang kedalam lembah.
Taichi mulai mendaki gunung sambil
menggendong ibunya untuk dibuang ke lembah. Selama perjalanan ibunya memetik
bunga didekatnya dan berulang kali ia lakukan, Taichi yang menyadarinya
berfikir bahwa ibunya memberi tanda untuk pulang kerumah. Namun ketika
ditanyakan alasan sebenarnya sang ibu malah menjawab bahwa hal yang dilakukannya
itu untuk menjadi tanda agar Taichi tidak tersesat saat pulang nanti.
Hal itu langsung mengubah pikiran
Taichi, ia langsung berbalik arah pulang dan memyembunyikan ibunya diruang
bawah tanah agar penguasa tidak mengetahui dan menyiksa keluarganya yang lain.
Suatu hari, penguasa membuat
perintah kepada para petani untuk membuat tali jerami yang dipilin dari abu
harus segera dibawa ke istana. Taichi segera pulang dan memceritakan perintah
dari penguasa kepada ibunya, kemudian sang ibu mengajarkan cara membuatnya dan
Taichi membawanya ke istana. Taichi menjadi satu-satunya yang berhasil dan
mendapat pujian karenanya.
Hari selanjutnya penguasa memerintahkan
untuk memasukan benang melalui kerang terompet (kerang besar yang bentuknya
mirip terompet), kembali ia melaporkan kepada ibunya. Taichi segera melakukan apa
yang diajarkan ibunya dan membawa hasilnya kehadapan penguasa. Kali ini
penguasa tidak hanya memuji tapi juga menanyakan bagaimana cara ia
menyelesaikan perintah-perintah tersebut. Dengan ragu ia menceritkan yang
sebenarnya, dan penguasa terharu mendengar penjelasan Taichi dan berfikir bahwa
orang tua memang mengetahui banyak hal dan kita harus menghargainya. Sejak saat
itu, peraturan pembuangan kedalam lembah di atas gunung pada umur 60 tahun
dihapuskan.
Nasehat yang didapat dari cerita
diatas adalah kita harus menghargai orang tua karena mereka lebih mengetahui
banyak hal dari pengalaman mereka.
Source
: Cerita Rakyat Dari Jepang 2, Keiko Fukamachi
Dongeng
adalah cerita anak-anak yang memiliki nilai-nilai kehidupan didalamnya. Tapi zaman
sekarang sudah jarang dongeng yang diceritakan orang tua untuk anak-anaknya. Banyak
dongeng yang diceritakan orang tua saya sewaktu dulu dan sekarang saya ingin
menceritakan kembali beberapa dongeng yang pernah saya dengar dari orang tua
saya.
Abunawas Dan Untanya
Sewaktu dulu, di negeri padang pasir
diadakan sayembara untuk memperebutkan dua puluh karung tepung yang diadakan
oleh kesultanan yang ada disana. Abunawas yang tergiur dengan hadiah yang
ditawarkan datang untuk mengikuti sayembara tersebut. Tantangan yang disayembarakan
adalah perjalanan menggunakan unta kebeberapa menara yang ada di istana.
Pada hari sayembara dimulai, semua
orang menyiapkan diri bersama dengan untanya. Tantangan pertamanya adalah
memindahkan guci-guci dari istana utama ke menara sebelah barat tanpa
membawanya diatas unta. Hampir semua peserta tersisih dalam pertandingan
pertama ini karena menyerah sebelum berangkat atau bahkan memecahkan guci-guci
yang dibawanya, ada pula yang berbuat curang dengan menyimpan guci dipelana
untanya. Namun abu nawas berhasil karena bisa memindahkan guci-guci tersebut
tanpa pecah dan tidak membawanya diatas unta. Abunawas membawanya dengan
menyeret guci-guci yang ia lapisi dengan kulit hewan agar tidak rusak, lecet
apalagi pecah.
Hari kedua, karena peserta hanya
tersisa lima orang maka hari ini menjadi pertandingan terakhir. Tantangan terakhir
adalah bagaimana para peserta ini memindahkan unta mereka dari menara sebelah
bara ke istal instana disamping istana utama tanpa menggiring sambil berjalan
atau menaiki untanya. Semua orang bingung bagaimana caranya, begitu pula dengan
abunawas. Terlihat jelas wajahnya sedang berfikir keras. Sambil mereka berfikir
batas waktu yanng ditentukan semakin berkurang.
Pada dua jam terakhir, akhirnya
abunawas mendapatkan ide bagaimana menggiring untanya sampai ke istal tanpa
berjalan atau menunggangi untanya. Abunawas menjadi satu-satunya yang bisa
menyelesaikan tantangan itu, cara yang digunakan abunawas adalah mengikat kain
dibawah perut untanya kemudian ia masuk kedalam kain tersebut dan menjulurkan
tongkat yang diikat dengan makanan unta untuk mengarahkan untanya dengan aroma
yang menguar dari makanan itu. Akhirnya abunawas keluar sebagai pemenang dan
membawa pulang hadiah yang dijanjikan.
Nasehat
yang didapat dari cerita itu adalah kita harus berfikir kreatif dari berbagai
sudut dalam menyelesaikan masalah-masalah yang ada.
;;
Subscribe to:
Postingan (Atom)